Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya dan kuliner. Salah satu kekayaan yang patut dibanggakan adalah jajanan tradisionalnya. Dari Sabang sampai Merauke, berbagai daerah memiliki penganan khas yang menggoda selera. Namun, seiring berjalannya waktu dan perubahan gaya hidup masyarakat, beberapa jajanan tradisional mulai jarang ditemukan bahkan hampir punah.
berikut ini tujuh jajanan tradisional Indonesia yang mulai langka dan patut dilestarikan:
1. Kue Rangi Betawi

Kue Rangi adalah jajanan khas Betawi yang terbuat dari campuran tepung sagu dan kelapa parut yang dipanggang di atas cetakan khusus dari tanah liat. Setelah matang, kue ini disajikan dengan siraman saus gula merah yang kental dan harum.
Sayangnya, Kue Rangi kini semakin sulit ditemukan, terutama di kota-kota besar. Penjualnya yang dulu banyak berkeliling kini sudah jarang terlihat. Generasi muda pun banyak yang belum pernah mencicipinya. Padahal, rasa gurih dari kelapa yang berpadu dengan manisnya gula merah menciptakan kombinasi rasa yang unik.
2. Grontol Jagung Jawa Tengah
Grontol adalah makanan ringan dari jagung tua yang direbus hingga empuk, kemudian ditaburi kelapa parut dan sedikit garam. Cita rasanya sederhana, namun menghangatkan kenangan masa kecil di desa-desa Jawa.
Saat ini, grontol mulai tergeser oleh camilan modern. Jarang ada yang menjual grontol di pasar-pasar kota. Padahal, makanan ini kaya akan serat dan bergizi tinggi. Kehilangannya bukan hanya kehilangan jajanan, tapi juga nilai budaya.
3. Kue Cucur Kalimantan & Betawi
Kue cucur memiliki bentuk bulat lebar dengan bagian tengah yang tebal dan pinggiran tipis yang renyah. Dibuat dari campuran tepung beras dan gula merah, kue ini digoreng dengan teknik khusus agar bagian tengahnya bisa mengembang sempurna.
Meskipun masih bisa ditemukan di beberapa pasar tradisional, kue cucur mulai kalah pamor dengan aneka kue kekinian. Selain itu, teknik memasaknya yang membutuhkan ketelatenan membuat banyak orang enggan membuatnya.
4. Kipo Yogyakarta

Kipo adalah jajanan mungil khas Kotagede, Yogyakarta. Dibuat dari tepung ketan berisi unti kelapa manis, kue ini dibungkus daun pisang dan dibakar sebentar. Nama “kipo” sendiri berasal dari pertanyaan “Iki opo?” yang artinya “Ini apa?” dalam bahasa Jawa.
Kipo kini hanya bisa ditemukan di tempat tertentu di Yogyakarta, dan biasanya dijual oleh produsen khusus. Padahal, rasanya yang legit dan ukurannya yang kecil sangat cocok untuk kudapan sore hari. Tanpa upaya pelestarian, Kipo bisa benar-benar lenyap dari peredaran.
5. Clorot Jawa Tengah dan Yogyakarta
Clorot atau clorot adalah penganan manis yang dibuat dari campuran tepung beras, gula merah, dan santan, kemudian dibungkus menggunakan janur kelapa berbentuk kerucut. Proses pembuatannya cukup rumit dan memerlukan keterampilan khusus dalam membentuk bungkusnya.
Kini, clorot menjadi sangat langka, bahkan di pasar tradisional. Generasi muda lebih akrab dengan donat atau cake daripada clorot. Padahal, selain unik, clorot menyimpan nilai seni dalam pembuatannya.
6. Kue Lumpur Surga Sulawesi Selatan
Kue Lumpur Surga adalah jajanan khas Bugis yang terdiri dari dua lapisan: bagian bawah berwarna putih dari santan dan tepung beras, dan bagian atas berwarna hijau dari pandan dan telur. Teksturnya lembut dan rasanya manis gurih.
Sayangnya, kue ini perlahan terlupakan di tengah maraknya tren dessert modern. Keberadaannya lebih sering dijumpai saat acara adat atau hari besar saja. Sangat disayangkan jika kelezatan khas dari kue ini menghilang begitu saja.
7. Getuk Lindri Jawa Timur

Getuk Lindri terbuat dari singkong yang dikukus, dihaluskan, lalu dicampur gula dan pewarna makanan alami. Bentuknya pipih memanjang seperti mie dan biasanya ditaburi kelapa parut. Cita rasa manis dan legit, cocok sebagai camilan tradisional yang mengenyangkan.
Namun kini, getuk lindri mulai ditinggalkan karena dianggap “kuno”. Padahal bahan dasarnya sederhana dan murah, serta jauh lebih sehat dibandingkan snack instan yang banyak beredar di pasaran.
Menjaga Warisan Lewat Lidah
Jajanan tradisional bukan hanya sekedar makanan, tapi juga cerminan budaya, identitas, dan sejarah sebuah daerah. Ketika jajanan ini punah, maka hilang pula sepotong kisah dari masa lalu bangsa kita. Untuk itu, sangat penting bagi generasi muda untuk mengenal, mencicipi, dan bahkan mencoba membuat kembali jajanan tradisional ini.
Melalui dukungan komunitas kuliner, festival makanan tradisional, hingga promosi lewat media sosial, keberadaan jajanan-jajanan yang mulai langka ini masih bisa diselamatkan. mari kita jadikan lidah sebagai alat pelestari budaya, sebelum semuanya tinggal cerita.
Kesimpulan
Tujuh jajanan tradisional Indonesia seperti Kue Rangi, Grontol Jagung, Kue Cucur, Kipo, Clorot, Kue Lumpur Surga, dan Getuk Lindri adalah warisan kuliner yang sarat nilai budaya dan sejarah. sayangnya, perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup membuat jajanan-jajanan ini semakin langka dan terpinggirkan oleh makanan modern. Jika tidak segera dilestarikan, kita bisa kehilangan bagian penting dari identitas kuliner bangsa. oleh karena itu, penting bagi masyarakat terutama generasi muda untuk mengenal, mencicipi, dan menjaga keberlangsungan jajanan tradisional ini agar tetap hidup dan dikenal lintas generasi.